Menutupsumur disini adalah menguruk sumur itu dengan sengaja. Menurut mitos dan kepercayaan orang - orang Jawa, jika seseorang berani menutup sumurnya maka yang akan didapat adalah rejekinya akan ikut tertutup pula. orang Jawa tidak begitu saja asal gali dan asal gali dalam membuat sumur. Pembuatan sumur harus diukur dan disesuaikan
Dalam ilmu Feng Shui, sekalipun posisi sumur dan plafon bukanlah prioritas utama yang didahulukan dalam analisa, namun kadangkala memberi efek tertentu bilamana dilanggar. Dalam kehidupan modern saat ini terutama daerah perkotaan, sudah jarang kita temui adanya sumur air di sekitar pekarangan rumah mengingat sumber air berasal dari PDAM. Namun, kondisi ini masih bisa ditemui pada kota kecil terutama daerah pedesaan dimana sumber air mereka kebanyakan dengan menggali sumur di sekitar pekarangan rumah. Sumur merupakan sumber air yang mana dalam ilmu Feng Shui, air adalah zat paling vital dalam kehidupan di dunia ini untuk mempertahankan kehidupan. Dalam Feng Shui, air mengatur kekayaan, dan penempatan yang benar dari sumber air akan menentukan keberuntungan keluarga. Oleh sebab itu, pedoman pertama yang harus Anda ketahui dalam Feng Shui Sumur adalah jangan menempatkan sumur dalam posisi yang sejajar dan segaris lurus dengan gerbang utama rumah. Mengapa? Karena ini bisa menyebabkan keluarga tersebut akan mudah menghadapi pertengkaran ataupun masalah hukum. Keadaan ini juga bisa menjadi saluran keluar dari keberuntungan keluarga karena energi yang positif atau "Yang Qi" yang biasa disebut sebagai energi keberuntungan, akan dinetralkan oleh keberadaan energi negatif atau "Yin Qi" dari sumur ketika energi positif masuk ke dalam rumah. Solusi yang bisa Anda lakukan untuk kasus ini adalah dengan memindahkan posisi pintu gerbang utama rumah bilamana sumur masih dipakai agar tidak terlihat serta tidak segaris lurus dengan gerbang utama rumah. Namun, bila sumur tersebut sudah tidak dipakai lagi, maka ada baiknya Anda menutup sumur agar tidak menimbulkan gas yang beracun ataupun sarang bakteri yang bisa mengganggu kesehatan keluarga. Ada sementara kasus yang terjadinya secara berulang-ulang, entah mulai dari penyakit, kecelakaan, ataupun kemalangan lain yang menimpa sebuah rumah tangga. Keluarga seperti ini biasa disebut sebagai tinggal di "rumah bermasalah" secara Feng Shui. Dan setelah memanggil beberapa praktisi atau ahli Feng Shui untuk mengecek masalah Feng Shui rumah tersebut, masih saja tidak bisa menemukan penyebab kemalangan keluarga. Mengapa? Karena seringkali mereka tidak menanyakan sejarah rumah itu, seperti "Apakah rumah itu dibangun di atas sumur tua yang telantar?". Lebih buruk lagi, bila sumur itu telah terisi sampah dan timbunan bahan dari sumber-sumber yang tidak jelas. Kasus ini adalah kasus dimana aliran energi "Qi" terlanggar atau terjebak di bawah tanah. Hal ini akan menyebabkan penyakit yang datang berulang-ulang, terutama bila kamar tidur dibangun tepat di atas posisi sumur yang terpendam di bawahnya. Sumur merupakan sumber dari energi diam atau "Yin Qi". Oleh sebab itu, pintu utama yang segaris lurus dan membuka ke arah sumur akan menarik energi negatif untuk masuk ke dalam rumah. Energi yang negatif ini diinterpretasikan dalam bentuk penampakan hantu atau roh halus yang mengganggu. Kasus seperti ini seringkali disebut dengan "Yin Sha" dalam bahasa Mandarin walaupun tidak semata-mata selalu berhubungan dengan penampakan hantu karena bisa dalam bentuk gangguan kesehatan terutama bila sumur tersebut adalah sumur tua dan tidak berfungsi lagi sehingga menyebabkan gas yang beracun merusak kesehatan. Solusi yang bisa dilakukan untuk kasus ini adalah dengan memindahkan pintu utama agar tidak segaris lurus dengan sumur, serta bilamana sumur tidak berfungsi lagi maka seyogyanya ditutup atau ditimbun secara benar. Berikutnya kami ingin memberikan pedoman Feng Shui Plafon atau Langit-Langit Rumah. Mengapa bentuk plafon juga diperhatikan dalam ilmu Feng Shui? Karena kita menganggap bahwa yang disebut dengan energi "Qi" adalah pertukaran udara atau sirkulasi energi dalam ruangan tertentu. Energi "Qi" ini berfungsi hampir sama dengan sistim penyejuk udara karena energi "Qi" juga berputar di dalam rumah. Oleh sebab itu pedoman utama dalam Feng Shui Plafon adalah untuk menghindari langit-langit yang miring dari satu bagian rumah. Langit-langit yang miring akan mengeluarkan tingkat tekanan energi "Qi" yang berbeda pada ruang di bawahnya. Bagian terendah akan mengeluarkan tekanan yang lebih besar daripada bagian yang tertinggi. Pedoman penting lainnya adalah untuk menghindari tinggi langit-langit yang berbeda karena adanya balok yang menonjol menciptakan tekanan terhadap ruang dibawahnya. Maka tidak disarankan untuk duduk di bawah balok yang menonjol tersebut. Solusi yang bisa dilakukan pada kasus langit-langit yang miring ataupun adanya balok yang menonjol di atas adalah pindah dari balok menonjol itu atau menurunkan langit-langit. Dengan menurunkan langit-langit akan memberikan efek langit-langit yang rata dan energi "Qi" akan mampu berputar di seantero rumah tanpa hambatan. Lantas, kapan Anda harus pindah? 1. Bila balok menonjol atau langit yang miring berada di atas pintu masuk rumah. 2. Bila balok menonjol atau langit yang miring berada di atas dapur terutama pada posisi kompor. 3. Bila balok menonjol atau langit yang miring berada pada ruang kamar tidur Anda terutama pada arah kepala ranjang. 4. Bila balok menonjol atau langit yang miring berada pada meja kerja Anda. Namun, bilamana balok menonjol tersebut jauhnya atau jarak ketinggiannya lebih dari 3 meter dari lantai, maka efek balok bisa diabaikan selama Anda tidak berdiam di bawahnya lebih dari 6 jam terus-menerus.
Termasukjg di sumur ada penunggunya. Beberapa orang meyakini kalau sumur di tutup, jg akan menutup rejeki, dan keluarganya sering sakit2an. mungkin kualat atau gimana, ane gak tau. Karena di lihat buktinya memang ada. Atau memang kebetulan saja orang tsb lagi apes atau gimana. Untuk menghindari itu mereka yg terpaksa menutup sumurnya
Meskipun sudah memasuki zaman modern, masih banyak rumah yang memiliki sumur di bagian belakang dekat kamar mandi atau dapur. Sumur dijadikan sumber mata air bagi penghuni rumah tersebut. Tapi banyak juga yang percaya jika sumur juga menjadi salah satu tempat favorit para makhluk halus untuk itu diungkapkan oleh Hari Kurniawan atau Om Hao dilansir dari channel Kisah Tanah Jawa. Pakar Retrokognisi mengatakan sumur adalah sumber penghidupan. “Jadi sumur sampai kapan pun tidak bisa ditutup meski ditinggalkan penghuni rumah, atau rumah itu diratakan tanah, sumur tetap harus jadi sumur,” ungkap Om penglihatannya memang banyak sosok gaib yang memilih sumur sebagai tempat tinggal karena sumur tempatnya lembab, kotor, dan gelap karena berada di belakang rumah, bahkan kalau rumah-rumah di daerah banyak sumur yang terpisah dari rumah. “Biasanya sosok gaib yang tua memilih sumur,” katanya. Ini Alasan Kenapa Sumur di Rumah Tidak Boleh Ditutup, Terkait Makhluk Halus Om Hao menambahkan jika sumur ditutup atau diratakan dengan tanah bisa jadi sosok gaib yang menghuni sumur itu bisa marah karena tak terima tempat tinggalnya ditutup. Artinya sumber penghidupan sosok gaib itu akan terancam. “Jadi nggak hanya manusia, makhluk halus juga bergantung sengan sumur,” ujar Om jika diperhatikan sumur menjadi salah satu tempat di rumah yang memiliki daya magis. Belum lagi kadang ada sumur yang dijadikan tempat seseorang untuk bunuh diri. Selain itu banyak kasus-kasus kematian seseorang yang tiba-tiba terjatuh di sumur dan meninggal sumur menurut kepercayaan kejawen juga bisa membuat pemilik rumah akan kehilangan rezeki dan akan jatuh miskin. Masyarakat Jawa memiliki filosofi yang dalam tentang sumur. Tidak hanya jadi sumber air, sumur juga dijadikan sumber rezeki bagi pemiliknya dan warga sekitar.
Polisitelah selesai melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan identifikasi di rumah jagal anjing Jalan Pesapen IV, Sumur Welut, Lakarsantri, Surabaya. Berdasar hasil pemeriksaan, anjing yang dijagal kemudian dijual dalam bentuk makanan rica-rica.
Travaux Maçonnerie et façades Empêcher les infiltrations en sous-sol enterré Le sous sol de ma maison est enterré construction en 1987. Lors de fortes pluies le bas des murs ruisselle ce qui crée une flaque d'eau importante dans le sous sol. Un maçon me dit que l'injection de résine serait la meilleur solution. En effet il faudrait creuser tout autour de la maison sur de profondeur pour traiter par l'extérieur. Est ce la meilleur solution? Quelles seraient les éventuelles autres solutions ? J'ai peur que le mur en parpaing s'abime au fur et à mesure. Sur le même thème Texte Christian Pessey
21Juli 2022. Beranda; Aneka Berita; Olahraga; Otomatif; Politik; Nasional; Beranda; Aneka Berita; Olahraga; Otomatif; Politik; Nasional
hoaks! Berdasarkan verifikasi sejauh ini, informasi ini tidak benar. - Sebuah unggahan mengeklaim Penjabat Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menutup sumur resapan yang digunakan untuk menanggulangi banjir. Hal itu menyebabkan banjir di DKI mulai tak terkendali. Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta klaim tersebut yang beredar Klaim soal Heru menutup sumur resapan yang digagas oleh gubernur sebelumnya, Anies Baswedan, disebarkan akun Facebook ini. Arsipnya bisa dilihat di sini. Unggahan berupa video itu menyampaikan narasi bahwa banjir di DKI meluas hingga menggenangi 82 RT pada akhir Februari 2023. Selain itu, sebanyak 369 warga mengungsi karena tempat tinggal mereka terdampak banjir yang ketinggiannya mencapai dua yang tertera dalam video itu sebagai berikut HERU TUTUP SUMUR RESAPANBANJIR JAKARTA MULAI TAK TERKENDALI Tim Cek Fakta Hoaks Pj Gubernur Heru Budi Hartono menutup sumur resapan yang dibangun di era kepemimpinan Anies Baswedan Penelusuran Tim Cek Fakta menemukan narasi dalam video sama dengan isi beberapa berita media daring. Setelah disimak, tidak ada informasi bahwa Heru menutup sumur resapan. Berita pertama yang sama dengan narasi unggahan itu yakni dari CNN Indonesia. Berita itu menginformasikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta memerinci dampak banjir per Senin 27/2/2023. Disebutkan saat itu genangan setinggi 20 hingga 180 sentimeter terjadi di 82 RT, di kawasan Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat.
Halini penting dilakukan agar genangan air banjir tidak masuk ke dalam pekarangan rumah anda. 8. Buat Biopori atau Sumur Resapan. Salah satu hal yang bisa menyebabkan banjir bisa terjadi adalah karena air yang ada di permukaan tidak seluruhnya bisa meresap ke dalam tanah. Untuk itu, membuat air meresap ke dalam tanah bisa anda lakukan dengan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Air menjadi unsur pokok bagi kelangsungan hidup makhluk tuhan tak terkecuali manusia. Air bisa didapat dengan mudah misal dari air hujan yang turun, dari mata air di pegunungan, dari air sungai yang mengalir maupun air yang berada di laut. Sedangkan air yang tidak dapat didapat dengan mudah seperti pemaparan diatas dapat dicari karena air yang dimaksud berada di dalam tanah atau mendapatkan air yang terpendam di dalam tanah tersebut, manusia membutuhkan media berupa sumur sebagai ruang untuk menyimpan air yang berasal dari tanah di dalam sumur tersebut. Bagi orang – orang Jawa, sumur lebih dari sekedar media untuk menyimpan dan mengambil sumber air namun lebih dari itu sumur memiliki filosofi, kegunaan lain, dan beberapa hal yang unik yang mungkin belum pernah anda ketahui sebelumnya. Orang Jawa pantang untuk menutup sumurMenutup sumur disini adalah menguruk sumur itu dengan sengaja. Menurut mitos dan kepercayaan orang – orang Jawa, jika seseorang berani menutup sumurnya maka yang akan didapat adalah rejekinya akan ikut tertutup pula. Lagi – lagi sumur merupakan sumber penting bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri dan telah memberikan kenyamanan dan kenikmata untuk manusia mendapatkan air secara mudah. Faktanya dapat dan banyak kita temui di beberapa daerah di Jawa yaitu sumur – sumur tua yang tidak pernah lagi terpakai karena beberapa faktor namun sumur itu tetap dibiarkan tanpa di urug lagi dengan tanah. Pemilik sumur tersebut akan tetap membiarkan sumur tersebut terbuka walau sudah tidak digunakan dan membiarkanya sampai tertutup sendiri secara alami. Salah satu sumur tua yang sudah tidak dipakai namun masih ada di pekarangan Sumur sebagai sarana sosial dan sebagai sarana berbagiYa, orang – orang Jawa selain dikenal ramah juga dikenal sebagai masyarakat yang pekat dengan kebersamaan dan semangat gotong – royong. Orang Jawa terdahulu selalu mejadikan sumur tidak hanya berfungsi untuk pemilik sumur itu sendiri. Ini terlihat dari segi tata letak pembuatan sumur yang berada di luar rumah dan tentunya terbuka bagi siapapun yang akan menggunakanya bahkan terkadang satu sumur tidak hanya untuk satu pemilik rumah saja, namun bisa dua pemilik rumah, tiga pemilik rumah, bahakan bisa lebih dari itu. Dengan diawali gotong – royong dan diakhiri kebersamaan seperti itu singkatnya. Tata letak sumur orang JawaMeskipun sudah jelas tanah jika digali akan jadi sumur, namun orang – orang Jawa tidak begitu saja asal gali dan asal gali dalam membuat sumur. Pembuatan sumur harus diukur dan disesuaikan dengan letak rumah agar benar – benar dapat dimanfaatkan dengan baik. Sebelum pembuatan sumur biasanya orang Jawa menyewa atau mengundang pawang sumur untuk memberi penceraan soal tata letak yang biasanya berpacu pada primbon dan mencari letak yang memiliki kemungkinan sumber mata air yang diikuti beberapa ritual kuno agar dalam pembuatanya tidak ada suatu halangan dan baik untuk pemiliknya. Tata letak sumur orang Jawa biasanya juga dekat dengan dapur untuk memasak karena suatu alasan simple yaitu jika ada sumber api maka disitulah harus ada sumber air pula. Mungkin ini sebagai upaya untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya bencana kebakaran. Sumur dan rumah adalah dua hal yang sulit untuk dipisahkan selama disitu masih ada manusia atau penghuninya, dan air dan sumur adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan kita. Bagi orang Jawa sendiri sumur memiliki beberapa fungsi dan disitu diikuti beberapa aturan dan mitos – mitos yang bagi saya pribadi akan selalu saya hormati apa yang telah menjadi tradisi. Lihat Humaniora Selengkapnya
- Сой мըւաвጩնо икре
- Шሬሥዑձунቃ ኇፐдр
Energienergi yang masuk ke dalam rumah melalui gerbang utama akan berinteraksi dengan energi-energi yang keluar dari dalam sumur, sehingga Anda akan membawa hoki yang maksimal untuk diri sendiri dan keluarga. Tidak disarankan hanya menutup atas sumur dengan cor-coran semen namun membiarkan lobang sumur tidak ditimbun. Hal ini bisa
Ilustrasi/bbs Kabar6-Dalam feng shui, air dianggap sebagai sumber kekayaan. Oleh karena itu, memutuskan di mana Anda akan menggali letak sumur sangat berpengaruh kepada hoki atau peruntungan Anda. Meskipun posisi sumur bukan yang utama, ketika aturan itu dilanggar maka ada yang akan terjadi. Menurut feng shui, dikutip dari penempatan sumur yang sesuai dilakukan agar orang-orang yang tinggal di dalam rumah bisa mendapatkan hoki yang dibawa sumur tersebut. Karena itulah sumur harus digali dengan posisi yang sejajar dan segaris lurus dengan gerbang utama rumah. Jika rumah Anda dibangun dengan mempergunakan pagar yang mengelilingi rumah dan ada gerbang utama tempat keluar masuk, maka sumur harus dibangun sejajar dengan gerbang tersebut. Hal ini agar penghuni rumah mudah terlepas dari pertengkaran dan jerat hukum yang melilit. Letak sumur yang sejajar dengan gerbang utama rumah juga merupakan saluran keberuntungan keluarga. Energi-energi yang masuk ke dalam rumah melalui gerbang utama akan berinteraksi dengan energi-energi yang keluar dari dalam sumur, sehingga Anda akan membawa hoki yang maksimal untuk diri sendiri dan keluarga. Jika Anda memiliki sumur yang tidak terpakai, sebaiknya ditutup dengan cara ditimbun tanah dan batu dan kemudian dicor agar tidak amblas. Tidak disarankan hanya menutup atas sumur dengan cor-coran semen namun membiarkan lobang sumur tidak ditimbun. Hal ini bisa mengakibatkan hal-hal negatif. Ketika Anda secara tidak tahu membangun rumah di atas bekas sumur yang hanya ditutup bagian atasnya saja, kemungkinan besar Anda juga akan bermasalah. Menurut feng shui rumah, semacam ini disebut rumah bermasalah. Dampak negatif yang timbul saat rumah Anda berada di atas sumur adalah serangan penyakit, kecelakaan dan kemalangan yang lain. Hal tersebut karena letak sumur yang mengurung aliran energi Chi di bawah tanah, sehingga tidak bisa keluar dengan lancar. ** Baca juga Begini Arti Wanita Lajang Mimpi Seputar Kehamilan Kamar tidur yang dibangun tepat di atas sumur akan menyebabkan penyakit yang berulang-ulang. Selain itu, posisi sumur di bawah rumah jelas tidak sehat karena sumur tidak pernah melakukan pergantian udara di dalamnya, sehingga akumulasi gas-gas beracun bisa saja terkumpul dan akhirnya merembes ke atas dan membuat sakit seisi rumah.ilj/bbs
Pekerjaproyek melubangi aspal jalan yang menutup sumur resapan di Jalan Lebak Bulus III, Cilandak, Jakarta Selatan yang sempat rusak dan ditutup aspal pada Minggu (5/11/2021) sore. Adapun penampang sumur resapan pada umumnya berbentuk segi empat, lingkaran atau bentuknya lainnya dengan ukuran sisi 80 sentimeter sampai dengan 100 sentimeter
JOMBANG - Sebuah sumur tua di Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, disebut-sebut warga sebagai sumur angker. Keangkeran sumur itu, tak lepas dari kejadian bunuhdiri yang dilakukan seorang pria puluhan tahun lalu. "Seingat saya dulu yang bunuh diri menceburkan ke sumur itu Pak Giyo namanya," kata Samin, 70, salah seorang warga setempat. Ia menyampaikan, sumur tua itu pernah ada peristiwa yang cukup menggemparkan karena digunakan sebagai tempat bunuh diri. Memang sekilas sumur itu tidak terlihat angker. Bahkan, lokasinya terletak persis di sebelah salah satu rumah warga yang masih berpenghuni. Hanya saja, sampai sekarang sumur tersebut tidak difungsikan, hanya sebatas ditutup dengan triplek. Menurut Samin, sekitar 1975, sumur tua itu pernah digunakan warga sekitar bunuh diri. Kejadian bunuh diri waktu itu sangat menggemparkan. Pada saat evakuasi mayat dari dalam sumur, banyak warga yang berdatangan untuk melihat. "Waktu evakusi sumur juga sempat dikuras," katanya. Sejak saat itu, sumur yang semula masih digunakan pemiliknya untuk kebutuhan air sehari-hari, langsung dihentikan. "Setelah kejadian itu keluarga menutup sumur dan mengubah bangunan rumah, sehingga sumur berada di luar rumah," beber dia. Setelah itu banyak kejadian mistis muncul. Anak-anak sering dijumpai sosok pria besar bermata lebar. "Anak-anak yang sering dijumpai. Biasanya muncul waktu magrib," bebernya lagi. Penjelasan senada disampaikan Istiqomah salah satu keluarga Giyo, yang menyebut, sejak sumur ditutup dan tidak difungsikan kembali, ternyata sering muncul kejadian di luar nalar. Selain ada penampakan, keluarga seisi rumah juga menjadi sakit. "Ya, yang di dalam rumah itu sering sakit-sakitan karena sumur ditutup," ungkapnya. Hingga akhirnya, pihak keluarga memutuskan untuk kembali membuka sumur tersebut. "Akhirnya sampai sekarang dibuka. Akan tetapi tidak difungsikan," pungkas Istiqomah. yan/bin/riz Terkini Minggu, 5 Maret 2023 0720 WIB
SUKOHARJOSumur dan kamar mandi Ngatinem, 98, warga RT 001/RW 005, Dusun Sidorejo, Desa Grogol, Kecamatan Weru, Sukoharjo, ambles pada Kamis (17/1/2019) dini hari. Warga setempat lantas menutup sumur yang ambles dengan batu dan tanah agar tak membahayakan orang lain. Ngatinem hidup sebatang kara di rumah itu.
Sebuah ekskavator menggali membelah gunung selama misi penyelamatan seorang anak laki-laki yang terperosok ke sumur di Desa Ighran dekat Kota Chefchaouen, Maroko, Jumat 4/2/2022. Meski berhasil diselamatkan, nyawa Rayan Awram tidak dapat diselamatkan. Belajar dari Tragedi Rayan Maroko, Arab Saudi Tutup Ribuan Sumur Terbengkalai RIYADH - Sumur terbengkalai menyebabkan kematian tragis bocah lima tahun di Maroko hingga banyak negara menutup sumur-sumur tua. Tidak terkecuali Arab Saudi yang juga menutup ribuan sumur. Kasus Rayan memicu perdebatan tentang infrastruktur di daerah pedesaan di seluruh dunia Arab, termasuk di Arab Saudi di mana sumur-sumur kosong berserakan. Sumur-sumur ini telah lama ditinggalkan sejak kemunduran desa dan pertumbuhan kota. Arab Saudi dengan cepat mengumumkan langkah-langkah untuk mengatasi saluran air yang terbengkalai di negara itu menyusul kasus Rayan. Kementerian Lingkungan, Air dan Pertanian Arab Saudi menyatakan sebanyak sumur terbengkalai di seluruh Kerajaan telah ditutup. Kementerian juga mengimbau warga segera melaporkan apabila menemukan sumur tak terawat, untuk segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi saluran air yang terbengkalai. "Untuk memastikan keselamatan semua orang, kementerian dapat menutup dan membentengi sumur yang terbengkalai. Kementerian terus bekerja untuk menutup sisa sumur yang terbuka," kata kementerian lingkungan Saudi dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Al Araby, Kamis 10/2/2022. Penutupan sumur-sumur ini dilakukan beberapa hari setelah Rayan meninggal ketika dia jatuh ke dalam sumur di Pegunungan Rif Maroko. Rayan jatuh ke dalam sumur sempit dengan kedalaman 32 meter. Diameter sumur tersebut bahkan kurang dari 45 sentimeter. Rayan jatuh ke dalam sumur pada Selasa 2/2/2022 dan upaya penyelamatanya menjadi perhatian dunia. Tubuh kecilnya baru bisa diselamatkan pada Sabtu malam setelah lima hari meringkuk di dalam sumur. Rayan ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia dengan kerusakan otak, paru-paru, dan patah tulang. Jasadnya dibawa dengan ambulans menuju rumah sakit terdekat. Ratusan penduduk lokal dan Maroko datang dari kota-kota yang jauh untuk memberikan penghormatan kepada Rayan kecil di desa pegunungan Ighran. Mereka bergabung dengan doa pemakaman untuk jiwanya pada Senin. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
MFAtercebur dalam sumur tidak jauh dari rumahnya sekitar pukul 14.00 WIB. Dia ditemukan telah meninggal dunia. Baca juga: Wanita yang Memiliki Riwayat Gangguan Jiwa di Jepara Ditemukan dalam
Communication in the perspective of religious ceremonies focuses on the processes that occur in it. The process creates an interaction that realizes the implementation of the black chicken mecaru mecaru siap selem as a ritual medium to close the water well in the yadnya ceremony at Karang Baru Utara environment of Mataram City. The ceremony is carried out when there are Hindus who no longer use wells as a source of water in their daily life. This study aims to determine the form of communication, the communication process and the meaning of communication of mecaru siap qualitative paradigm with a phenomenological approach is the study method in this research. Theories used to know the processes that occur in this ceremony are the theory of religion, symbolic interaction theory, phenomenology, and the theory of communicative action. The location of this research at Karang Baru Utara, results of this study indicate that the implementation of the mecaru siap selem can overcome phenomena that can occur. The communication forms of mecaru siap selem in the yadnya ceremony are symbolic communication, transcendent communication and interpersonal communication interpersonal. The communication process is indicated by the availability of the offerings bebantenan as a means accompanied by a Priest and prayers to pray to Vishnu, equipped with the metabuh pecaruan process as a complement to this ceremony. The meaning of the communication of mecaru siap selem religious meaning and togetherness Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1681 KOMUNIKASI MECARU SIAP SELEM SEBAGAI MEDIA RITUAL MENUTUP SUMUR DALAM UPACARA YADNYA DI LINGKUNGAN KARANG BARU UTARA KOTA MATARAM I KOMANG WIDYA PURNAMA YASA Institut Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram ABSTRAK Komunikasi dalam perspektif upacara keagamaan menitikberatkan pada proses yang terjadi didalamnya. Proses tersebut menimbulkan interaksi sehingga mewujudkan terlaksananya mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram. Upacara ini dilaksanakan ketika adanya warga yang tidak lagi menggunakan sumur sebagai sumber air dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komunikasi, proses komunikasi dan makna komunikasi yang ada pada mecaru siap selem. Paradigma kualitatif dengan pendekatan fenomenologis menjadi metode kajian dalam penelitian ini. Teori yang dipergunakan dalam mengetahui proses yang terjadi dalam upacara ini adalah teori religi, teori interaksi simbolik, teori fenomenologi, dan teori tindakan komunikatif. Lokasi penelitian ini bertempat di Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan mecaru siap selem mampu mengatasi fenomena yang dapat terjadi. Bentuk komunikasi mecaru siap selem dalam upacara yadnya yaitu komunikasi simbolik, komunikasi transenden dan komunikasi antar pribadi interpersonal. Proses komunikasi yang terjadi ditunjukkan dengan tersedianya bebantenan sebagai sarana yang diiringi doa atau mantra-mantra suci dari sang manggala upacara atau pemangku kepada Dewa Wisnu yang dilengkapi dengan proses metabuh pecaruan sebagai pelengkap upacara ini. Makna komunikasi mecaru siap selem ialah makna religi dan makna kebersamaan kebersamaan. Kata Kunci Komunikasi, mecaru siap selem, menutup sumur. ABSTRACT Communication in the perspective of religious ceremonies focuses on the processes that occur in it. The process creates an interaction that realizes the implementation of the black chicken mecaru mecaru siap selem as a ritual medium to close the water well in the yadnya ceremony at Karang Baru Utara environment of Mataram City. The ceremony is carried out when there are Hindus who no longer use wells as a source of water in their daily life. This study aims to determine the form of communication, the communication process and the meaning of communication of mecaru siap selem. The qualitative paradigm with a phenomenological approach is the study method in this research. Theories used to know the processes that occur in this ceremony are the theory of religion, symbolic interaction theory, phenomenology, and the theory of communicative action. The location of this research at Karang Baru Utara, Mataram. The results of this study indicate that the implementation of the mecaru siap selem can overcome phenomena that can occur. The communication forms of mecaru siap selem in the yadnya ceremony are symbolic communication, transcendent communication and interpersonal communication interpersonal. The communication process is indicated by the availability of the offerings bebantenan as a means accompanied by a Priest and prayers to pray to Vishnu, equipped with the metabuh pecaruan process as a complement to this ceremony. The meaning of the communication of mecaru siap selem religious meaning and togetherness. Keywords Communication, mecaru siap selem, closing the water well. Diterima Disetujui Dipublish Hal 23 Mei 2022 30 Juni 2022 10 September 2022 1681 - 1691 Jurnal Ganec Swara Vol. 16, September 2022 ISSN 1978-0125 Print; ISSN 2615-8116 Online 1682 PENDAHULUAN Masyarakat Hindu terkenal dengan keanekaragaman budaya, tradisi, upacara keagamaan yang secara turun-temurun telah dilaksanakan. Keanekaragaman ini berkaitan erat dengan aktifitas masyarakat Hindu yang selalu menjunjung nilai-nilai Tri Hita Karana dengan tujuan menyeimbangkan alam semesta beserta isinya agar tetap dalam keadaan harmonis. Nilai dari Tri Hita Karana inilah yang membangun karakteristik umat Hindu sehingga senantiasa dapat melaksanakan dan menjalankan upacara yadnya secara tulus ikhlas didalam kehidupan sehari-hari. Upacara yadnya didalam ajaran agama Hindu terdapat lima bagian, yang dimana kelima hal ini memiliki tujuannya masing-masing yang disebut dengan Panca Yadnya. Adapun Bagian dari Panca Yadnya yang umat Hindu laksanakan ialah Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya serta Bhuta Yadnya. Pelaksanaan panca yadnya ini bertujuan agar umat Hindu mampu meningkatkan spiritual dalam mendekatkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Niat yang suci dan tulus ikhlas dalam melaksanakan upacara yadnya sangatlah diutamakan agar tercapai tujuan yang diharapkan. Upacara yadnya ini berkaitan erat dengan ajaran Tri Rna yaitu tiga hutang yang harus dibayarkan sebagai umat Hindu selama menjalani kehidupan ini yang terdiri dari Dewa Rna, Pitra Rna dan Rsi Rna. Hal ini dikarenakan kita selama hidup telah diberikan berbagai banyak hal oleh Tuhan Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui rahmat dan limpahan-Nya kepada kita, orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan kita menjadi pribadi yang baik, serta para Guru atau Rsi yang telah mengajarkan dan memberikan pengetahuan sehingga kita dapat berguna bagi bangsa dan negera. Melalui pelaksanaan upacara panca yadnya inilah segala hutang rna yang kita miliki dapat dibayarkan sehingga memperoleh ketenangan dan kedamaian diri. Pelaksanaan yadnya selalu berpedoman pada aspek tiga kerangka dasar agama Hindu yaitu Tattwa Filsafat, Etika Susila, dan Upacara Ritual. Melalui Tattwa suatu terciptanya yadnya dapat dikupas berdasarkan filsafat Hindu yang bersumber pada kitab suci weda, Etika Susila dapat menjelaskan perilaku atau tingkah laku yang baik sebagai insan manusia dalam pelaksanaan yadnya sesuai dengan kaidah agama Hindu serta Upacara Ritual menjelaskan dilaksanakannya yadnya dengan berbagai macam jenis upakara atau bebentenan yang diiringi oleh mantra-mantra suci yang menghantarkan proses yadnya tersebut. Keterkaitan antara ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dalam rangka melaksanakan upacara yadnya. Upacara yadnya tidak lepas dari unsur-unsur bebantenan yang ada pada setiap pelaksanaannya. Bebantenan atau banten merupakan sarana atau media yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan berbagai manifestasi-Nya sebagai bagian dari wujud rasa terima kasih, cinta dan bakti karna telah dilimpahi wara nugraha-Nya. Banten memiliki simbol-simbol unik yang mengandung makna suci. Dalam titib 20031 menyatakan bahwa dalam memuja Tuhan yang acintya tak terpikirkan dalam segala kekuasaan-Nya, umat Hindu menggunakan simbol-simbol berupa benda atau media yang dijadikan alat dalam pemujaannya. Sangat banyak jenis bebantenan digunakan oleh umat Hindu seperti banten suci, banten pejati, banten mecaru dan lain sebagainya. Bebantenan itu terbentuk dari simbol-simbol yang memiliki makna dengan tujuannya masing-masing untuk dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya yang bersemayam disegala sendi kehidupan ini bertugas sesuai dengan fungsinya. Pada umumnya kita mengenal dengan manifestasi Beliau sebagai Tri Murti yang terdiri dari Brahma, Wisnu,dan Siwa. Ketiga manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa tersebut dipuja dibeberapa pura dengan memiliki unsur-unsur seperti Dewa Brahma sebagai pencipta memiliki aksara suci A Ang dengan unsur api dipuja di Pura Desa atau Bale Agung, Dewa Wisnu sebagai pemelihara dengan aksara suci U Ung dengan unsur air dipuja di Pura Puseh atau Pura Segara, Dewa Siwa sebagai pralina atau pelebur memiliki aksara suci M Mang dengan unsur angin dipuja di Pura Dalem. Melalui Aksara suci tri murti yaitu A,U,M selanjutnya menjadi “OM” yang memiliki arti simbolis Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa Air merupakan sumber dari kehidupan memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan makhluk hidup. Pada umumnya setiap rumah biasanya memiliki sumur untuk mendapatkan air jika jauh dari sumber mata air yang berguna dalam memenuhi aktifitas sehari-hari. Air yang merupakan unsur dari Dewa Wisnu, biasanya umat Hindu selalu menghaturkan canang atau bebantenan sebagai ucapan rasa syukur karena telah memberikan kehidupan. Namun jika sumur yang telah tidak terpakai sebagai fungsinya dalam memenuhi kehidupan sehari-hari hendaknya tidak langsung ditutup atau dibiarkan begitu saja karena akan menimbulkan ngerebeda para bhutakala yang ada sehingga mengganggu manusia dengan mendatangkan penyakit atau musibah. Oleh karena itu umat Hindu selalu menyediakan banten caru siap selem sebelum menutup atau melebur sumur yang sudah tidak memiliki fungsinya lagi. Seperti yang dilakukan oleh warga Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram dalam menutup sumur yang sudah tidak difungsikan lagi. Banten caru siap selem yang dibuat memiliki simbol yang diyakini memiliki makna sebagai penghantar bagi umat Hindu 1683 kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Dewa Wisnu yang menguasi air kehidupan ini yang berguna untuk membersihkan sumber air dari segala hal yang buruk atau menutup sumber air atau sumur karena tidak difungsikan lagi. Terkait dengan uraian di atas, maka dianggap perlu dilakukan suatu penelitian komunikasi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui esensi yang berkaitan dengan perspektif ajaran agama Hindu. Penelitian ini menekankan pada bentuk, proses dan makna komunikasi yang terkandung di dalamnya. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dikupas dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk, proses dan makna komunikasi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan adalah untuk menganalisis bentuk, proses dan makna komunikasi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram sehingga kita dapat melihat secara jelas esensi yang ada didalamnya. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Karang Baru Utara, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram yang pada saat itu telah melakukan prosesi menutup sumur dengan melaksanakan upacara yadnya mecaru siap selem sebagai media ritualnya. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data tersebut berisikan ungkapan kata-kata dan tindakan yang menggambarkan fakta dan fenomena yang terjadi pada proses kegiatan mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya. Hal-hal yang terungkap di dalam penelitian ini merupakan hasil dari proses observasi penulis kepada narasumber atau informan yang mengerti dan paham secara baik tentang topik penelitian yang dilaksanakan. Sumber data yang terdapat di dalam penelitian ini ada 2 dua macam yaitu sumber data primer merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh penulis melalui narasumber atau informan di lokasi penelitian guna mengetahui proses, nilai-nilai, serta fenomena yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung dan sumber data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain yang digunakan sebagai referensi penulis dalam mengembangkan hasil penelitian ini. Tehnik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan 3 tiga tahapan sebagai berikut 1 observasi atau pengamatan dilakukan oleh penulis dengan mengamati, mencatat, merekam, memotret dan mempelajari tingkah laku dan proses-proses yang terjadi di dalam mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya tersebut, 2 wawancara interview dilaksanakan kepada tokoh agama atau tokoh masyarakat yang mengetahui atau melaksanakan prosesi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya, dan 3 dokumentasi diperoleh pada saat wawancara, sumber-sumber berupa catatan narasumber atau informan, dokumentasi prosesi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya maupun prosesi rangkaian keseluruhan upacara. Tehnik Analisis Data Analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang dalam penulisannya memiliki ciri khas yaitu bersifat deskriptif yang terdiri dari 1 reduksi dengan merangkum dan memilih atau memfilter semua data-data yang diperoleh dalam prosesi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya baik pada saat wawancara ataupun secara langsung mengikuti proses rangkaian tersebut. Pada tahap ini penulis memilih pokok-pokok yang akan dibahas dan memfokuskan hal-hal yang penting pada hasil pengumpulan data. 2 penyajian data display data dilakukan dalam bentuk uraian, bagan dan mencari relasi yang cocok dari data yang ada. Data yang disajikan dalam penelitian ini bersifat naratif. 3 verifikasi data dilakukan untuk menarik suatu kesimpulan dari penelitian tentang mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya. Kesimpulan tersebut 1684 mampu menyelesaikan permasalahan peneliti akan terus kelapangan menguji dan mencari kebenaran yang melalui teori-teori pendukung. HASIL DAN PEMBAHASAN Umat Hindu memiliki ragam ritual atau upacara yang memiliki nilai-nilai sakral atau magis sehingga erat kaitannya dengan unsur-unsur sekala dan niskala. Unsur sekala identik dengan hubungan antar sesama manusia maupun dengan alam sekitar, sedangkan unsur niskala berkaitan antara diri pribadi dengan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa maupun unsur panca maha bhuta yang bersifat astral melalui perantara simbol-simbol yang memiliki makna sakral didalam pelaksanaan ritual atau upacara tersebut. Menurut Koentjaraningrat 2015296, upacara dalam setiap kegiatan keagamaan memiliki empat aspek yaitu a tempat upacara keagamaan; b waktu pelaksanaan upacara keagamaan; c benda-benda atau alat upacara; d orang-orang yang melakukan kegiatan upacara maupun pemimpin upacara tersebut. Keempat aspek tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam setiap pelaksanaan upacara. Ritual atau upacara keagamaan yang dilakukan oleh umat Hindu pada umumnya selalu beriringan dengan adanya sarana upacara atau biasanya disebut dengan bebantenan. Surayin 200458 dalam bukunya menyatakan bahwa bebanten merupakan cetusan hati manusia selaku umat Hindu, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia dan kehidupan yang telah diberikan-Nya. Berbagai macam jenis dan susunan bebanten yang melambangkan ketulusan diri, rasa kedamaian, keindahan serta bhakti suci. Bebantenan ini dibuat sesuai dengan tujuan pelaksanaannya seperti halnya prosesi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya Didalam lontar Purwa Bhumi Kamulan dinyatakan bahwa caru merupakan simbolik dari suatu pelaksanaan upacara yadnya memiliki peran untuk menetralisir pengaruh dari para bhuta kala sehingga tidak mengganggu kehidupan manusia. Mecaru memiliki makna hewan kurban karena dapat kita lihat adanya hewan yang menjadi persembahannya. Melalui pengorbanan terhadap hewan dalam upacara yadnya merupakan suatu perwujudan persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui segala wujud manifestasi-Nya. Oleh karena itu tujuan dari mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya ini adalah membersihkan dan menetralisir sesuatu dari unsur-unsur negatif bhuta yang akan membawa musibah ngerebeda yang pada kasus ini dilaksanakan di Lingkungan Karang Baru Utara untuk membersihkan dan menutup sumur yang telah tidak terpakai lagi. Siap selem atau ayam hitam yang digunakan dalam proses mecaru merupakan penghormatan diri kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasi beliau sebagai Dewa Wisnu yang memiliki unsur Air didalam kehidupan ini yang memiliki simbol warna hitam. Bentuk Komunikasi Mecaru Siap Selem Sebagai Media Ritual Menutup Sumur Dalam Upacara Yadnya Setiap bentuk aktifitas kehidupan sosial bermasyarakat erat kaitannya dengan sesuatu yang berwujud rupa sehingga mudah untuk diamati dan dinilai maksud dan tujuannya. Bentuk menurut Poerwadarminta 1984122 berupa susunan, rupa ragam, atau wujud nyata. Menurut Hafied 199829 bentuk komunikasi terdiri dari lima macam tipe yaitu komunikasi antar pribadi interpersonal communication, komunikasi kelompok kecil small group communication, komunikasi organisasi organisation communication, komunikasi massa mass communication dan komunikasi publik public communication. Berdasarkan pengembangan yang dilakukan, Bentuk komunikasi menurut mulyana 200672 dapat digolongkan dalam beberapa bentuk yang selaras dengan perkembangan masyarakat saat ini yaitu komunikasi intrapribadi intrapersonal communication, komunikasi antar pribadi interpesonal communication, komunikasi kelompok group communication, komunikasi publik public communication dan komunikasi media massa mass media communication. Pada umumnya komunikasi menghasilkan pesan yang saling dikirimkan namun berbeda kaitannya dengan komunikasi yang terjadi pada aktifitas mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya. Upacara ini terdapat komunikasi yang khas salah satunya komunikasi yang timbul dari benda-benda sebagai medianya. Komunikasi tersebut terjadi ketika upacara yadnya tersebut berlangsung. Dalam mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya terdapat berbagai bentuk komunikasi yang terjadi. Adapun bentuk komunikasi yang terdapat didalam mecaru siap selem berikut akan dibahas. 1685 Komunikasi Simbolik Pada mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya menggunakan media banten sebagai sarana dan prasarananya maka dapat dilihat bahwa terdapat komunikasi simbolik yang muncul dalam prosesi ini. Komunikasi simbolik merupakan suatu proses interaksi yang terbentuk dari suatu pesan simbol yang memiliki makna dan telah disepakati. Menurut riswandi 20096 menyatakan bahwa komunikasi dapat juga dilakukan dengan menggunakan suatu lambang atau simbol. Simbol merupakan bagian dari komunikasi yang bersifat verbal hal ini dikarenakan suatu objek memiliki makna atau arti yang disampaikan dan sudah menjadi kesepakatan bersama. Komunikasi simbolik menitikberatkan pada hubungan antara simbol dan tindakan atau interaksi orang-orang yang ada didalamnya melalui suatu aktifitas kemasyarakatan dengan pemanfaatan media sebagai objeknya. Adapun proses interaksi manusia melalui berbagai simbolik memberikan suatu arti terhadap orang yang berkecimpung didalamnya dengan berbagai penafsiran dengan tujuan yang sama sesuai dengan pelaksanaannya. Komunikasi simbolik menyangkut dua dimensi yang memiliki pemaknaan berarah yang terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dalam dimensi vertikal menyangkut komunikasi antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui berbagai aspek kehidupannya dengan menggunakan objek simbol sebagai sarana. Pada dimensi horizontal menyangkut komunikasi interpersonal yaitu simbol sebagai media komunikasi dengan orang lain serta komunikasi intrapersonal yang memanfaatkan simbol sebagai objek komunikasi dengan dirinya sendiri. Pada mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya terdapat berbagai macam simbol yang ada pada bebantenan caru tersebut. Simbol yang ada memiliki maknanya masing-masing yang saling berkaitan satu dengan yang lain sehingga membentuk yang namanya bebantenan pecaruan siap selem ayam hitam. Adapun bebantenan yang menjadi dasar terbentuknya caru siap selem ini diantaranya Banten Pras, Jerimpen Caru Selem, Semayut Sudamala, Kelanan, Banten Tumpukan, Daksine tigasan selem rokok lekes kwangen, Panak Memek Tolong, Sanggah Cucuk dan Banten, Labuhan Caru, Banten Pejati Munggah, prasuda sumur, sarana Ngrebeg. Pada bebantenan yang ada, terlihat bahwa banyak sekali tersusun simbol-simbol yang berkembang didalamnya dan saling berkaitan satu sama lainya karena merupakan satu kesatuan dari Banten Pecaruan Siap Selem Ayam Hitam. Seperti yang diungkapkan oleh Kariasi dalam wawancara sebagai berikut “... Bebantenan ini sudah termasuk yang sederhana dan tidak dapat dikurangi lagi karena merupakan satu kesatuan dari banten pecaruan yang jenisnya alit kecil. Kalau saja salah satu susunan banten pecaruan yang telah disebutkan tadi tidak ada, pasti ada perasaan yang kurang muncul” Wawancara, 8 April 2022. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kariasi tersebut, telah diketahui bahwa banten mecaru siap selem tidak bisa berdiri sendiri namun memiliki rangkaian bebantenan yang saling mendukung satu dengan yang lain sehingga terlaksananya pecaruan tersebut. Dalam setiap banten memiliki makna dan arti yang berbeda-beda sehingga harus saling melengkapi antara satu banten dengan yang lainnya. Melalui perbedaan makna dan arti tersebut akan dihasilkan tujuan yang sama dari pelaksanaan upacara yang diadakan. Hal ini jelas terlihat bahwa komunikasi simbolik pada mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya ini mengarah kepada dimensi vertikal yang dimana, orang yang melaksanakannya menyampaikan pesan melalui rangkaian simbol dari bebantenan yang telah disediakan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan tujuan berdasarkan pelaksanaan Upacara tersebut. Komunikasi Simbolik mengedepankan pada pemaknaan simbol-simbol yang telah disepakati maksud dan tujuannya seperti banten yang ada pada mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya. Komunikasi ini tidak berwujud dalam bahasa dan kata-kata yang keluar namun berwujud kesepakatan bersama, bahwa melalui bebantenan ini maka mewakili adanya keinginan akan terlaksananya suatu upacara yang ditujukan untuk menutup sumur yang telah tidak terpakai lagi dengan menetralisir unsur-unsur negatif yang nantinya dapat merusak kehidupan lingkungan sekitar. Dimensi horizontal juga memperlihatkan komunikasi simbolik oleh sang manggala upacara kepada orang-orang yang ikut serta dalam mecaru siap selem ini melalui genta. Genta yang digunakan oleh manggala upacara menandakan intruksi akan adanya perintah untuk melaksanakan aktifitas dalam proses pecaruan, baik itu saat memulai pecaruan, ataupun saat metabuh pecaruan dengan menggabungkan nasi, sate dan daging caru hingga menaburkan nasi caru disekitar lingkungan. Dimensi horizontal ini menekankan akan adanya simbol yang telah disepakati sebagai media intruksi penyampaian pesan saat aktifitas upacara berlangsung. Teori interaksional simbolik telah mampu mengupas bahwa dalam mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya ini terdapat berbagai unsur pesan yang timbul dari simbol-simbol yang ada pada bebantenan yang ada. Sesuai dengan ungkapan Blummer dalam Poloma, 1996258 yang menyatakan tentang tiga premis dasar dalam media yang mengandung makna. Dalam upacara yadnya mecaru siap selem ini premi dasar dapat dilihat, yaitu 1 orang-orang yang berkecimpung didalam upacara 1686 mecaru bertindak berdasarkan simbol seperti banten yang memiliki makna, 2 media bebantenan sebagai dasar adanya interaksi dengan orang lain, 3 makna dari media tersebut disampaikan dalam proses interaksi upacara berlangsung. Berdasarkan inilah yang membuat seseorang melakukan aktifitasnya sesuai dengan makna-makna tersebut. Fenomena dari setiap aktifitas yang ada terhadap simbol-simbol baik berupa media bebantenan maupun lainnya dalam upacara yadnya mecaru siap selem ini sepakat untuk memaknai hal yang sama berdasarkan simbol-simbol yang ada. Teori fenomenologi melalui kajian dan berbagai pandangan tentang hal-hal yang dipandang berbeda oleh panca indera manusia maka gejala-gejala fenomena tersebut dapat muncul. Fenomena ini merupakan realita mengenai kehidupan manusia tersebut di dalam masyarakat. Melalui penafsiran-penafsiran dan pemikiran-pemikiran yang rasional berdasarkan kitab suci maupun lontar-lontar yang ada mengenai bebantenan tersebut maka komunikasi yang muncul dari fenomena itu berlahan untuk disepakati maksud dan tujuannya. Teori ini mengemukakan bahwa fenomena mengenai upacara yadnya mecaru siap selem ini memiliki makna agar pesan komunikasi bebantenan yang ada berkaitan dengan penutupan sumur agar tidak adanya unsur-unsur negatif dari panca bhuta yang ngerebeda dapat tersampaikan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi melalui manifestasinya sebagai Dewa Wisnu. Komunikasi Transenden Mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya dapat dilihat dari manggala upacara selaku pemimpin menghantarkan upacara melalui doa atau mantra-mantra suci kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Melalui doa atau mantra-mantra suci inilah terjadi komunikasi transenden dalam upacara yadnya. Dalam Mulyana 199949 menyatakan bahwa melalui suatu doa atau pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, manusia telah melaksanakan interaksi secara transenden dalam suasana yang tenang dan damai. Pada komunikasi transenden ini manusia menyampaikan pesan berupa informasi maupun kehendak orang tersebut melalui doa atau pemujaan kepada komunikan yang bersifat supranatural. Doa atau mantra yang diucapkan oleh manggala upacara terdapat energi-energi supranatural yang interaksinya sampai kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Interaksi ini tidak dapat kita lihat secara nyata antara keduanya karena bersifat transenden atau dalam dimensi yang vertikal. Dalam dimensi vertikal komunikasi ditunjukkan dengan adanya individu selaku manusia yang terhubung dengan Tuhan sebagai maha pencipta, yang merupakan sumber dari semesta ini tercipta. Manggala Upacara atau dalam objek penelitian ini adalah seorang pemangku, menjalani kegiatan upacara melalui rentetan doa atau mantra. Doa atau mantra yang diucapkan oleh pemangku berdasarkan atas aturan-aturan yang ada didalam kitab suci weda maupun lontar-lontar yang mengarah terhadap jenis upacara yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya setiap upacara yadnya memiliki doa atau mantra yang berbeda-beda tergantung pada siapa yang akan dipuja dan apa tujuan dari upacara yang akan dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh sukasana dalam wawancara sebagai berikut “... setiap pemangku maupun sulinggih akan memperhatikan siapa yang berstana pada tempat suci tersebut dan apa tujuan upacara tersebut dilaksanakan. Sepertihalnya ketika melaksanakan mecaru siap selem, dilihat terlebih dahulu bahwa tempatnya berkenaan dengan sumur dan menggunakan siap selem. Jelas bahwa sumur merupakan sumber kemakmuran dan hitam warna dari Hyang Wisnu dan tujuannya berkaitan dengan menutup sumur tersebut. Jadi mantramnya sesuaikan dengan permohonan kehadapan Hyang Wisnu dengan mengarah ke Utara” Wawancara, 9 April 2022. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sukasana tersebut, telah diketahui bahwa doa atau mantra tidak semuanya sama dalam kegiatan upacara, terlebih kita harus melihat siapa komunikannya dan tujuan dari upacara tersebut apa. Dalam mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya ini kita akan berfokus terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Dewa Wisnu selaku pemberi kesejahteraan dan kesuburan melalui Air sebagai medianya. Hal ini dikarenakan tempat dan tujuan upacara berkaitan dengan sumur yang dimana telah tidak dipergunakan lagi sehingga harus dilebur dan ditutup oleh pemiliknya agar tidak adanya energi-energi negatif yang akan muncul atau ngerebeda setelah ditutupnya sumur tersebut. Doa atau mantra yang ditujukan kepada Dewa Wisnu diharapkan mampu menetralisir unsur-unsur panca mahabutha yang ada pada lingkungan sumur berada. Hal ini dikarenakan banten mecaru bukan ditujukan kepada Dewa Wisnu melainkan kepada para buthakala yang ada, hanya saja melalui Dewa Wisnu yang memiliki tugas sesuai dengan fungsinya menjaga dan menetralisir alam agar seimbang dari pengaruh Panca Maha Butha. Teori fenomenologi akhirnya dapat mengupas beberapa intisari yang ada pada komunikasi transenden dalam mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya. Pada mecaru siap selem ini kita dapat melihat bahwa manggala upacara atau pemangku melakukan interaksi kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui doa atau mantra-mantra suci yang ada diberbagai kitab suci 1687 weda maupun lontar yang ada. Doa atau mantra ini akan disesuaikan berdasarkan siapa yang akan ditujukan dan apa tujuan dari upacara tersebut dilaksanakan, yang dalam hal ini ditujukan kepada Hyang Wisnu selaku pemberi kesuburan guna menetralisir unsur-unsur panca mahabhuta agar tidak mengganggu atau ngerebeda dilingkungan. Melalui doa atau mantra yang tepat guna dan sasaran berdasarkan jenis-jenis upacara yang dilaksanakan maka seorang pemangku telah menjalankan interaksi yang sesuai dan efek komunikasi yang akan ditimbulkan akan mengarah ke hal yang positif setelah upacara tersebut dilaksanakan. Namun jika doa dan mantra yang disampaikan tidak tepat guna maupun sasaran akan menimbulkan efek kebalikkanya yaitu akan adanya hal-hal negatif yang akan ditimbulkan kepada yang melaksanakan upacara. Komunikasi Antar Pribadi Interpersonal Pelaksanaan mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Utara Kota Mataram terdapat pula bentuk komunikasi antar pribadi atau Interpesonl. Menurut Mulyana 200573 memaparkan bahwa komunikasi antar personal merupakan komunikasi antara orang-orang yang ada dalam satu lingkup lingkungan secara tatap muka, yang memungkinkan setiap orang yang ada menangkap efek orang lain secara langsung. Komunikasi ini dapat melibatkan hanya dua orang atau lebih didalamnya. Pada era saat ini komunikasi antar pribadi dapat dilakukan juga melalui penggunaan perangkat teknologi berupa handphone atau lain sebagainya. Cangara mengutip Pace dalam Wirdiata, 2017117 mengatakan bahwa dalam komunikasi antar personal dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni komunikasi diadik dyadic communication dan komunikasi kelompok kecil small group communication. Komunikasi diadik pada umumnya terbentuk dari adanya suatu percakapan, dialog maupun wawancara antara dua orang atau lebih dalam suatu lingkungan yang pada tujuannya untuk memperoleh suatu persepsi yang ditopikkan. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal, dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim atau lebih personal dan mendalam, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius yakni adanya pihak yang lebih dominan dalam posisinya bertanya sedangkan yang lain menjawab. Komunikasi kelompok kecil mengedepankan atas perlakuan hak yang sama didalam berkomunikasi, tidak adanya dominan atau peran yang menonjol namun semuanya berinteraksi secara bebas satu dengan yang lainnya secara tatap muka. Pada mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya ini dapat dilihat bahwa adanya manggala upacara atau pemangku yang berinteraksi dengan beberapa orang guna membantu pelaksanaan kegiatan tersebut. Interaksi komunikasi terjalin ketika sang manggala upacara menyampaikan intruksi atau pesan untuk menurunkan isi dari sanggah caru yang kemudian nasi caru beserta pedagingan dikumpulkan menjadi satu tempat. Interaksi yang terjadi menandakan bahwa apa yang dikomunikasikan sudah sesuai dengan pesan yang diinginkan. Komunikasi ini mengarah kepada dominan dari manggala upacara atau pemangku yang berinteraksi dengan beberapa orang dalam hal pelaksanaan pecaruan. Interaksi ini mengarah kepada komunikasi antar pribadi yang berjenis diadik yang dimana adanya komunikasi yang bersifat dominan yang dilakukan oleh pemangku untuk mengiringi suatu upacara yang dibantu oleh orang yang hadir pada saat tersebut. Upacara ini juga mengedepankan adanya timbul interaksi komunikasi kelompok kecil antara beberapa orang didalamnya. Hal ini terlihat ketika adanya beberapa orang ditugaskan untuk melakukan metabuhan atau mengelilingi banten pecaruan dengan membawa sarana ngrebeg yaitu dengan membawa nasi caru untuk kemudian disambahkan ditaburkan, Api Bobok, Sampat, Prakpak, Tulud dan Kulkul atau disebut Kentongan. Interaksi terjadi ketika proses metabuh pecaruan tersebut berlangsung mulai dari persiapan hingga pembagian sarana ngrebeg caru yang telah disediakan. Interaksi muncul dengan tidak adanya orang yang saling mendominankan karena setiap orang memiliki perannya masing-masing untuk saling mengisi satu sama lainnya dalam metabuh pecaruan tersebut. Proses interaksi ini berlangsung secara verbal dalam komunikasi antar pribadi interpersonal. Hal ini dikarenakan adanya aktiftas yang dilakukan secara langsung untuk melaksanakan sesuatu secara bersama-sama. Aktifitas ini antara setiap orang saling mengisi perannya masing-masing dan tidak ada satu orang yang memegang bagian yang sama karena setiap sarana metabuh pecaruan memiliki makna dan tujuan masing-masing. Interaksi komunikasi pada mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya berdasarkan teori tindakan komunikatif memperlihatkan adanya interaksi melalui tindakan perorangan dalam pelaksanaan metabuh pecaruan yang saling terhubung dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Teori tindakan komunikatif menitikberatkan pada kerjasama antar individu dengan individu yang lainnya guna melaksanakan suatu tujuan yang sama berdasarkan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan oleh setiap individu tersebut. Tindakan nyata terlihat dari suatu fenomena adanya orang-orang yang berinteraksi dengan mempersiapkan segala sarana ngrebeg yang akan digunakan untuk metabuh pecaruan yang akan mengelilingi banten caru yang sudah dilebur tadi. Fenomena aktifitas ngrebeg ini terwujud dari adanya efek yang diinginkan yaitu menjauhkan lingkungan sekitar dari segala macam unsur-unsur negatif 1688 yang mampu mempengaruhi makhluk hidup. Hal ini dapat dilihat dari adanya simbol-simbol yang digunakan dalam proses ngrebeg pada metabuh pecaruan tersebut. Proses Komunikasi Mecaru Siap Selem Sebagai Media Ritual Menutup Sumur Dalam Upacara Yadnya Pada proses mecaru siap selem ayam hitam sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya yang dipimpin oleh manggala upacara, dalam hal ini adalah pemangku yang telah memiliki kemampuan atau pengetahuan mengenai doa atau mantra-mantra yang ada didalam kitab suci weda maupun lontar-lontar Hindu. Doa atau mantra mengiringi jalannya upacara yadnya ini bersamaan dengan simbol-simbol yang ada dalam upacara tersebut. Proses komunikasi dalam upacara yadnya mecaru siap selem ini terjadi sejak awal pelaksanaan upacara berlangsung, baik itu secara individu dengan individu, individu dengan sang maha pencipta maupun simbol-simbol yang digunakan memiliki makna dan arti berbeda-beda. Proses komunikasi tidak semata-mata mengenai ucapan, kata atau tata bahasa yang keluar namun tercipta dari kesepakatan akan makna dan arti melalui simbol-simbol seperti dalam upacara yadnya mecaru siap selem terdapat adanya komunikasi simbolik yang timbul dari berbagai jenis banten yang tersedia. Banten yang mengandung simbol-simbol ini telah disepakati bersama dalam aturan bebantenan baik antara manggala upacara, pembuat banten dan yang melaksanakan upacara yadnya. Melalui bebantenan yang memiliki simbol-simbol inilah manggala upacara menghubungkan prosesi upacara kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar pelaksanaan upacara sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya yaitu menutup sumur yang telah tidak terpakai agar menjauhkan dari pengaruh negatif dari panca mahabhuta terhadap lingkungan. Penggunaan bebantenan pada upacara yadnya mecaru siap selem, banten diletakkan didepan sumur dibawah sanggah cucuk, dengan kepala ayam hitam berada di sebelah utara mata angin. Adapun rentetan tahapan upacara yadnya mecaru siap selem yang dilakukan manggala upacara yaitu melakukan prosesi nganteb bebantenan yang telah tersedia, memohon panugrahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasi beliau sebagai Dewa Wisnu. Manggala upacara selanjutnya melakukan ngastawa dan ngaksama jagatnata memohon tirta pengelukatan caru, nganteban banten biyakala prayascita durmanggala, ngadegang ibu pertiwi di atas caru untuk memohon tirta pawitra. Banten yang berada di sanggah cucuk dihaturkan dan diayabin sebagai persembahan dan ucapan rasa syukur. Dalam nganteb banten caru siap selem ini terlebih dahulu memercikkan tirta ke caru, kemudian nganteb gelar sanga, durga stawa, kala stawa, muktyang caru, ngayab caru dan metabuh caru. Dalam rentetan tersebut dapat kita lihat terdapat komunikasi antara manggala upacara atau pemangku kepada Dewa Wisnu yang merupakan interaksi komunikasi transenden melalui doa atau mantra-mantra yang diucapkan. Doa dan mantra ini diharapkan bahwa Hyang Wisnu sebagai sumber kesuburan melalui air, mampu menurunkan panugrahan agar dalam upacara mecaru siap selem dapat menetralisir unsur-unsur panca mahabutha yang memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan sekitar setelah ditutupnya sumur yang tidak terpakai lagi. Dalam proses metabuh pecaruan ini banten caru diambil berupa nasi, sate dan daging yang ada kemudian dijadikan satu untuk disebarkan di sekitar rumah yang diiringi oleh bobok, sampat, tulud, prakpak, dan kulkul yang merupakan sarana untuk ngrebeg yang memiliki tujuan untuk menjauhkan para bhuta kala dari lingkungan rumah. Seperti yang diungkapkan oleh Pinandita Sridata dalam petikan wawancara berikut “... sarana ngrebeg dibagikan kepada beberapa orang dengan tujuan agar fungsi dari sarana tersebut dipakai sebagaimana mestinya sehingga prosesi pecaruan berjalan dengan baik”. Wawancara, 25 Mei 2019. Berdasarkan petikan wawancara dengan Pinandita Sridata tersebut, dapat diketahui bahwa adanya penggunaan simbol sebagai suatu komunikasi nonverbal. Dalam mengekspesikan bahasa yang ada pada simbol tertentu, setiap sarana ngrebeg diberikan nama, bahan-bahan tertentu dibentuk dan dibuat dengan sedemikian rupa. Setiap nama, bahan, bentuk, dan simbol tersebut mengandung makna tertentu yang merupakan bagian dari interaksi nonverbal dalam bentuk komunikasi simbolik. Selain itu berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui pula pada saat metabuh pecaruan yang dilakukan oleh beberapa orang dengan memegang sarana ngrebeg satu persatu sehingga terjadi adanya interaksi secara verbal dalam bentuk komunikasi antar personal interpersonal. Orang-orang yang berkecimpung dalam proses pecaruan saling berinteraksi dalam membagikan sarana ngrebeg maupun pada saat metabuh pecaruan berlangsung. Komunikasi terjalin tanpa adanya dominan antar orang namun saling mengisi satu sama lainnya. Penjelasan tersebut mengandung makna proses pelaksanaan upacara keagamaan menurut Koentjaraningrat berkaitan dengan aspek-aspek terbentuknya suatu upacara mecaru siap selem ini. Dalam aspek tersebut, terjadi pula proses komunikasi dan interaksi yang bertujuan untuk membentuk suatu dinamika agar terciptanya pelaksanaan upacara yadnya mecaru siap selem berjalan dengan semestinya. Berbagai komunikasi terbentuk didalamnya, baik dalam bentuk komunikasi simnolik, komunikasi transenden dan komunikasi antar pribadi 1689 interpersonal. Proses komunikasi memegang peranan yang sangat penting, karena melalui proses komunikasi aktifitas upacara yadnya dapat terwujud sesuai dengan maksud dan tujuan upacara tersebut. Melalui komunikasi segala unsur-unsur yang timbul dalam setiap aktifitas keagamaan baik yang bersifat positif maupun negatif yang menjadi fenomena dapat terselesaikan sesuai dengan tujuan upacara yang dilaksanakan. Makna Komunikasi Mecaru Siap Selem Sebagai Media Ritual Menutup Sumur Dalam Upacara Yadnya Makna mengandung pengertian bahwa sesuatu hal yang dilakukan maupun tidak dilakukan memiliki arti, maksud dan tujuan. Menurut Ferdinand dalam Abdul Chear, 1994286 berpendapat bahwa makna merupakan suatu konsep yang memiliki oleh suatu tanda bersifat linguistik. Makna juga dapat dianggap suatu representasi, dari penafsir atas kegiatan yang dilakukan. Penelitian ini akan menggali makna dari mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya yang memiliki arti dan tujuan berkaitan dengan permasalahan yang ada pada lingkungan tersebut. Berdasarkan penyajian dan analisis data diperoleh bahwa makna komunikasi yang didapat terdiri dari makna religi dan makna kebersamaan. Makna Religi Upacara yadnya dalam Agama Hindu mengandung nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat yang melaksanakannya karena mengandung tatwa, etika serta susila. Upacara yadnya pada umumnya dilakukan guna untuk menghindari atau menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan yang pernah dan akan terjadi sehingga diperlukan upacara tersebut agar tidak terulang kembali karena akan berdampak negatif jika tidak dilaksanakan. Upacara yadnya dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya, sehingga kita dapat melihat berbagai macam upacara yang ada disuatu tempat dan pelaksanaannya disesuaikan dengan adat istiadat setempat. Oleh karena itu Agama Hindu terkenal akan beragam budaya, upacara, tradisi, dan adat istiadatnya yang memiliki makna dan sangat dipercaya. Dalam mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya terdapat berbagai makna yang ada didalamnya salah satunya adalah makna religi. Makna religi merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan terhadap suatu pelaksanaan upacara yadnya yang dilakukan tersebut. Seperti halnya keyakinan dan kepercayaan dalam melaksanakan upacara yadnya mecaru siap selem sebagai sarana dalam menutup sumur yang tidak dipakai. Pelaksanaan upacara yadnya ini diyakini dan dipercaya untuk menetralisir pengaruh unsur-unsur negatif yang muncul dari panca mahabutha terhadap lingkungan sekitar jika tidak melaksanakan upacara ini pada saat menutup sumur. Oleh karena itu manggala upacara atau pemangku yang memimpin jalannya upacara melaksanakan komunikasi transenden yang dimana memohon kepada Dewa Wisnu sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang memberikan kesuburan melalui air melalui doa atau mantra-mantra suci. Air yang ada didalam sumur yang memberikan kesuburan nantinya akan ditimbun dengan tanah sehingga tidak ada lagi air didalam sumur tersebut. Hal ini diyakini oleh umat Hindu bahwa siapa yang berstana atau menguasai unsur-unsur alam di dalam kehidupan semesta ini hendaknya harus memohon ijin terlebih dahulu kepada-Nya, tidak sembarangan dalam menutup sumur namun terdapat proses-proses secara keagamaan. Dalam melengkapi upacara yadnya mecaru siap selem jelas tidaklah cukup hanya diiringi oleh doa dan mantra dari manggala upacara namun juga membutuhkan sarana bebantenan yang akan digunakan. Bebantenan inilah timbulnya ada komunikasi simbolik karena kita telah ketahui bahwa setiap banten yang dipersembahkan memiliki makna dan arti yang kita yakini dan percaya untuk disepakati bersama. Bebantenan yang disiapkan beragam jenis sesuai dengan maksud dan tujuan dari banten tersebut sama seperti halnya siap selem ayam hitam, karena Dewa Wisnu memiliki unsur air, bertempat diarah utara dengan warna hitam jelas yang digunakan pasti ayam hitam sebagai simbol pemaknaannya dan arah dari ditempatkannya ayam caru kepalanya berada disebelah utara sesuai dengan arah mata angin Dewa Wisnu. Nilai-nilai filsafat yang terkandung pada upacara yadnya mecaru siap selem ini bahwa umat Hindu percaya adanya kehidupan alam astral atau yang disebut dengan alam Bhutakala yang sewaktu-waktu dapat mengganggu ketentraman manusia. Pelaksanaan upacara ini dipercaya melalui persembahan kepada Dewa Wisnu sebagai penguasa unsur air atas seijin-Nya sumur yang tidak dipakai dapat kita tutup agar tidak adanya ngerebeda dari unsur panca mahabhuta. Hal ini karena kita ketahui bahwa sebelum adanya sumur kita juga memohon untuk mendirikan sumur tersebut kepada Dewa Wisnu begitu pula saat tidak dibutuhkan lagi hendaknya kita memohon juga kepada-Nya agar apa yang diperbuat tidak menimbulkan efek negatif yang berkelanjutan. Berdasarkan analisa menggunakan teori religi maka kita dapat mengetahui bahwa upacara ini bersifat sakral serta memiliki nilai dan makna yang terkandung didalamnya. Sifat sakral erat kaitannya 1690 tentang upacara keagamaan baik itu sesuatu yang dipercayai maupun dapat pula tentang benda-benda yang digunakan saat upacara tersebut berlangsung. Dalam teori ini mengungkapkan kepercayaan orang yang melaksanakan upacara yadnya mecaru siap selem saat menutup sumur yang tidak terpakai lagi menjadi solusi dalam mencegah permasalahan yang akan terjadi di lingkungannya yang timbul dari unsur panca mahabhuta. Makna Kebersamaan Manusia sebagai makluk sosial didalam menjalankan kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesamanya. Adanya interaksi menumbuhkan rasa kebersamaan untuk melakukan sesuatu hal yang disepakati karena kebersamaan pada umumnya memiliki suatu pemikiran dan tujuan yang sama dalam aktifitas yang dilakukan. Nilai dari rasa kebersamaan menimbulkan kehidupan yang harmoni, menjauhkan dari perselisihan dan konflik dari suatu hubungan atau interaksi yang terjalin. Rasa kebersamaan ini diperlihatkan dari anggota keluarga yang berniat menghindarkan diri dari fenomena adanya ngerebeda dari unsur-unsur negatif panca mahabhuta saat menutup sumur yang tidak terpakai. Dalam mengatasi hal tersebut maka anggota keluarga sepakat secara bersama-sama melaksanakan upacara yadnya mecaru siap selem. Interaksi yang terjadi saat pelaksanaan upacara yadnya mecaru siap selem ini menurut teori interaksi simbolik terdapat simbol-simbol sebagai sarana berkomunikasi. Simbol-simbol ini berupa bebantenan yang mengandung makna dan telah disepakati sehingga menjadi suatu kepercayaan dan keyakinan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Douglas dalam Ardianto, 2007136, makna itu timbul dari adanya interaksi dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna tersebut selain dengan membangun suatu hubungan antar individu lain melalui sebuah interaksi. Menurut Mead dalam Mulyana, 201471 menyatakan bahwa suatu proses yang berlangsung berdasarkan kehendak, motivasi, tujuan untuk kepentingan bersama, maka keseluruhan tindakannya merupakan manifestasi dari konsep kehidupan sosial. Sesuai dengan pernyataan Mead tersebut maka proses yang terjadi saat pelaksanaan upacara yadnya mecaru siap selem yang dilakukan merupakan suatu kehendak bersama untuk tujuan dan kepentingan bersama yang ditujukan melalui simbol-simbol yang merupakan manifestasi dari suatu tindakan yang mengandung makna. Kebersamaan yang terkandung dalam upacara yadnya ini juga di ungkapkan dalam teori tindakan komunikatif mengenai adanya interaksi yang mengarahkan diri terhadap kesepakatan dan kebebasan dengan tidak adanya dominasi didalam aktifitas kegiatan. Dalam hal ini terlihat adanya kesepakatan saat proses metabuh pecaruan yang dimana beberapa orang memegang satu persatu sarana ngrebeg. Proses metabuh caru ini menimbulkan suatu interaksi komunikasi antar pribadi interpersonal. Melalui komunikasi ini maka tindakan seseorang untuk saling mengisi tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan metabuh pecaruan dapat berjalan dengan baik, karena dalam proses ini memiliki makna untuk mengusir para mahabhuta melalui sarana ngrebeg ini. Berdasarkan fenomena yang menimbulkan upacara ini harus dilangsungkan bahwa dalam segala aktifitas keagamaan hendaknya kita memiliki satu pemahaman arti mengenai upacara yadnya itu terlebih dahulu. Ketika pemikiran orang-orang dalam memahami upacara ini sangat penting maka sepatutnya secara bersama-sama dengan penuh kebersamaan untuk melaksanakannya. Hal ini dikarenakan diawal dalam memahami konteks upacara kita memahami efek yang akan ditimbulkan, oleh karena itu kebersamaan dijunjung guna upacara yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan maksud tujuannya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Bentuk komunikasi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Kota Mataram terdapat komunikasi simbolik, komunikasi transenden dan komunikasi antar pribadi Interpersonal. 2. Proses komunikasi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Kota Mataram diperlihatkan dari tersedianya bebantenan sebagai sarana komunikasi simbolik yang diiringi doa atau mantra-mantra suci sebagai interaksi komunikasi transenden dari sang manggala upacara atau pemangku kepada Dewa Wisnu sebagai Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dilengkapi dengan proses metabuh pecaruan sebagai pelengkap upacara ini yang mewujudkan adanya komunikasi antar pribadi Interpersonal. 3. Makna komunikasi mecaru siap selem sebagai media ritual menutup sumur dalam upacara yadnya di Lingkungan Karang Baru Kota Mataram yaitu makna religi dan makna kebersamaan. 1691 Saran Bagi masyarakat Lingkungan Karang Baru Utara yang telah banyak adanya pendatang dari luar pulau Lombok agar menjaga selalu awig-awig upacara yadnya dan adat istiadat setempat karena kunci dari upacara tersebut berlangsung adalah bagaimana rasa keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya upacara tersebut sehingga kita selalu mengingat pentingnya upacara tersebut walaupun zaman telah berubah. DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung Simbosa Rekatama Media. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Renekacipta. Carey, James W. 1992. Communication Of Culture Essays on Media and Society. Newyork Routledge. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta Rineka Cipta. Couldry, Nick. 2003. Media Rituals; Beyond Functionalism, on Media Anthropology. Editor Eric W. Rothenbuhler dan Mihai Coman. Thousand Oaks SAGE Publications. Hadiman, F. Budi. 2009. Menuju Masyarakat Komunikatif Ilmu, Masyarakat, Politik dan Postmodernisme Menurut Jurge Hebermas. Yogyakarta Kanisius. Hafied, Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi 1. Jakarta Raja Grafindo Persada. Jacky, M. 2015. Sosiologi Konsep, Teori, dan Metode. Jakarta Mitra Wacana Media. Jiwanto, Gunawan. 1987. Komunikasi dalam Organisasi. Yogyakarta Andi Offset. Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropoligi. Jakarta PT. Rineka Cipta Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi ; Etnografi Komunikasi. Bandung Widya Padjajaran. Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta Bumi Aksara. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya Offset Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta Kencana. Muhni, Iman Djuretna A. 1994. Moral dan Religi Menurut Emile Durkheim dan Henri Bergson. Yogyakarta Kanisius Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung Remaja Rosdakarya. Nurhadi, Zikri Fachrul. 2015. Teori-Teori Komunikasi Teori Komunikasi Dalam Perspektif Penelitian Kualitatif. Bogor Ghalia Indonesia. Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori dan Prakteknya, Bandung Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung PT. Citra Aditya Bakti. Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. Jakarta Rajagrafindo Persada. Poerwadarminta, 1984. Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Ratna, I Nyoman Kutha. 2008. Postkolonialisme di Indonesia Refleksi Sastra. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung Alfabeta. Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka Wirdiata, I Made Sri. 2017. Komunikasi Dalam Tradisi Pasidikaran Pada Era Globalisasi di Kabupaten ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Penelitian Suatu Pendekatan PraktekSuharsini ArikuntoArikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Ilmu Komunikasi edisi 1. Jakarta Raja Grafindo PersadaCangara HafiedHafied, Cangara. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi 1. Jakarta Raja Grafindo Penelitian KomunikasiM JackyTeoriGunawan JiwantoJacky, M. 2015. Sosiologi Konsep, Teori, dan Metode. Jakarta Mitra Wacana Media. Jiwanto, Gunawan. 1987. Komunikasi dalam Organisasi. Yogyakarta Andi Offset. Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropoligi. Jakarta PT. Rineka Cipta Kuswarno, Engkus. 2008. Metode Penelitian Komunikasi ;Bandung Widya PadjajaranEtnografi KomunikasiEtnografi Komunikasi. Bandung Widya dan Komunikasi OrganisasiAlo LiliweriLiliweri, Alo. 2014. Sosiologi dan Komunikasi Organisasi. Jakarta Bumi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya Offset MorissanLexy J MoleongMoleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya Offset Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta dan Religi Menurut Emile Durkheim dan Henri Bergson. Yogyakarta Kanisius Mulyana, DeddyIman MuhniA DjuretnaMuhni, Iman Djuretna A. 1994. Moral dan Religi Menurut Emile Durkheim dan Henri Bergson. Yogyakarta Kanisius Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Remaja Penelitian KualitatifDeddy MulyanaMulyana, Deddy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung Remaja Rosdakarya.
. e6shql1qah.pages.dev/336e6shql1qah.pages.dev/198e6shql1qah.pages.dev/939e6shql1qah.pages.dev/829e6shql1qah.pages.dev/837e6shql1qah.pages.dev/972e6shql1qah.pages.dev/16e6shql1qah.pages.dev/815e6shql1qah.pages.dev/148e6shql1qah.pages.dev/523e6shql1qah.pages.dev/570e6shql1qah.pages.dev/514e6shql1qah.pages.dev/697e6shql1qah.pages.dev/728e6shql1qah.pages.dev/632
menutup sumur dalam rumah